Halaman

Minggu, 19 Juni 2011

clubing




amisa patel




MUSIC AURA KASIH




CERITA DEWASA12

Sexindo's Weblog

18+

Irene, Adik Pacarku

Saya lahir di Jakarta, keturunan cina, umur 28 thn, kerja disalah satu perusahaan swasta sebagai auditor pembukuan dan keuangan, saya ditugasi untuk mengawasi cabang denpasar, jadi saya tinggal disana menempati rumah kontrakan.
Suatu hari saya diberi kabar oleh pacar saya (Wiwi umur 26) yg di Jakarta, bahwa dia mau datang bersama adiknya (Irene umur 22).
Setelah kedatangannya, mereka menginap di kontrakanku (kamar tamu).

Tetapi Wiwi tidak bisa lama, karena dia hanya diberi ijin oleh kantornya 3 hari.

Selama 3 hari saya dan Wiwi selalu ngumpet-ngumpet dari cicinya untuk bermesraan, dan sialnya kita hanya bisa melakukan hubungan sex 1X (kami dulu telah biasa melakukannya sewaktu saya tingal di Jakarta), karena kesempatan untuk itu susah sekali.
Setelah Wiwi pulang, tinggal saya dan Irine yg masih mau liburan di bali.
Pada hari minggu saya ajak dia jalan ke berbagai tempat wisata, pulangnya dia langsung ingin istirahat karena kelelahan. Karena saya belum merasa ngantuk, saya ke ruangan tamu untuk nonton TV, sedangkan dia masuk kamar tidur tamu untuk istirahat.
Setelah acara yg saya sukai selesai, saya melihat jam, ternyata sudah jam 1 pagi, tiba-tiba muncul ide isengku untuk memasuki kamar tidur Irene, dengan perlahan-lahan saya berjalan mendekati pintu kamarnya, ternyata tidak dikunci, saya masuk dan melihat Irene telentang dengan kedua lengan dan paha terbuka, saya langsung mengambil tali plastik dan perlahan-lahan saya melucuti pakaiannya semua, mungkin karena dia terlalu lelah sehingga tidurnya sangat nyenyak sampai tidak tahu apa yg sedang saya lakukan, setelah semua pakaiannya kubuka, saya langsung mengikat lengan dan kakinya ke sudut-sudut ranjang.
Tiba-tiba dia terbangun, dan terkejut karena tubuhnya telah telanjang polos dan terikat di ranjang. “Ko lepasin saya”, suaranya gemetaran karena shock. “Cepat lepasin Ko!” Irene mengulangi perintahnya, kali ini lebih keras suaranya. Tubuh telanjangnya telah mambiusku. Aku segera mencopot celana dan celana dalamku dengan cepat. “Ko!” Irene memekik. “Mau ngapain kamu?” Irene terkesiap melihat batang kemaluanku yang sudah berdiri tegak. Kusentuh payudaranya dengan kedua tanganku, rasanya dingin bagai seonggok daging.
“Koko gila luu yah!” Aku merasakan sensasi aneh melihat payudara dan liang kemaluan adik pacarku ini. Jelas beda dengan waktu-waktu dulu kalau mengintip dia ganti baju di kamarnya. Sekarang aku melihatnya dengan cara yang berbeda. “Koko, gua khan adik Wiwi!” Aku menyentuh liang kemaluannya dengan tanganku, lalu menjilatinya.
Setelah puas segera kuletakkan batang kemaluanku di gerbang liang kemaluan Irene. “Ko jangaan!” dia memohon-mohon padaku. “Diam.. cerewet!” aku menjawab dengan sembarangan. Sekali batang kemaluanku kudorong ke depan, tubuhku sudah menjadi satu dengannya. “Iiih.. shiit!” dia mengumpat tapi ada nada kegelian dari suaranya itu. Aku menggoyangkan pinggangku secara liar hingga batang kemaluanku mengocok-kocok liang kemaluannya. “Ahh.. shiit! ah shiit! Ko stop!” Semakin dia mamaki dan mengumpatku dengan ekspresi judesnya itu, semakin terangsang aku jadinya.
Sambil memompa liang kemaluannya aku menghisap puting-puting payudaranya yang agak berwarna pink itu. “Mmmh.. udah jangan Ko!” Irene masih berteriak-teriak memintaku berhenti. “Lu diam aja jangan banyak ngomong”, ujarku cuek. “Ohh shiit!” ujarnya mengumpat. Dia menatapku dengan tatapan yang bercampur antara kemarahan dan kegelian yang ditahan. Sejenak aku menghentikan gerakanku. Kasihan juga aku melihatnya terikat seperti ini. Dengan menggunakan cutter yang tergeletak di meja samping ranjang aku memotong tali yang mengikat kedua kakinya. Begitu kedua kakinya terlepas dia sempat berontak. Tapi apa dayanya dengan posisi telentang dengan tangan masih terikat. Belum lagi posisiku yang sudah mantap di antara kedua kakinya membuat dia hanya bisa meronta-ronta dan kakinya menendang-nendang tanpa hasil. “Aaahh Ko stop dong.. udah Ko.. gue khan adik Wiwi”, dia memohon lagi tapi kali ini suaranya tidak kasar lagi dan terdengar mulai berdesah karena geli. Nafasnya pun mulai memburu. Aku menjilati lehernya dia melengos ke kiri dan ke kanan tapi wajahnya mulai tidak mampu menutupi rasa geli dan nikmat yang kuciptakan. ” Aduhh sshh Ko udah doong.. hh.. ssh!” suaranya memohon tapi makin terdengar mendesah lirih. Kedua kakinya masih meronta menendang-nendang tapi kian lemah dan tendangannya bukan karena berontak melainkan menahan rasa geli dan nikmat.
Aku menaikkan tempo dalam memompa sehingga tubuhnya semakin bergetar setiap kali batang kemaluanku menusuk ke dalam liang kemaluannya yang hangat berulir serta kian basah oleh cairan kenikmatannya yang makin membanjir itu. Kali ini suara nafas Irene kian berat dan memburu, “Uh.. uh.. uhhffssh.. shiit Koo.. agh uuffsshh u.. uhh!” Wajahnya semakin memerah, sesekali dia memejamkan matanya sehingga kedua alisnya seperti bertemu. Tapi tiap kali dia begitu atau saat dia merintih nikmat, selalu wajahnya dipalingkan dariku. Pasti dia malu padaku. Liang kemaluannya mulai mengeras seperti memijit batang kemaluanku. Pantatnya mulai bergerak naik turun mengimbangi gerakan batang kemaluanku keluar masuk liang kenikmatannya yang sudah basah total. Saat itu aku berbisik “Gimana, lu mau udahan?” Aku menggodanya. Sambil mengatur pernafasan dan dengan ekspresi yang sengaja dibuat serius, dia berkata, “I.. iiya.. udah.. han yah Ko”, suaranya dibuat setegas mungkin tapi matanya yang sudah sangat sayu itu tidak dapat berbohong kalau dia sudah sangat menikmati permainanku ini. “Masa?” godaku lagi sambil tetap batang kemaluanku memompa liang kemaluannya yang semakin basah sampai mengeluarkan suara agak berdecak-decak. “Bener nih lu mau udahan?” godaku lagi. Tampak wajahnya yang merah padam penuh dengan peluh, nafasnya berat terasa menerpa wajahku. “Jawab dong, mau udahan gak?” aku menggodanya lagi sambil tetap menghujamkan batang kemaluanku ke liang kemaluannya.
Sadar aku sudah berkali-kali bertanya itu, dia dengan gugup berusaha menarik nafas panjang dan menggigit bibir bagian bawahnya berusaha mengendalikan nafasnya yang sudah ngos-ngosan dan menjawab, “Mmm.. iya.. hmm.” Aku tiba-tiba menghentikan gerakan naik turunku yang semakin cepat tadi. Ternyata gerakan pantatnya tetap naik turun, tak sanggup dihentikannya. Soalnya liang kemaluannya sudah semakin berdenyut dan menggigit batang kemaluanku. “Ehmm!” Irene terkejut hingga mengerang singkat tapi tubuhnya secara otomatis tetap menagih dengan gerakan pantatnya naik turun. Ketika aku bergerak seperti menarik batang kemaluanku keluar dari liang kemaluannya, secara refleks tanpa disadari olehnya, kedua kakinya yang tadinya menendang-nendang pelan, tiba-tiba disilangkan sehingga melingkar di pinggangku seperti tidak ingin batang kemaluanku lepas dari lubang kemaluannya.
“Lho katanya udahan”, kata-kataku membuat Irene tidak mampu berpura-pura lagi.
Mukanya mendadak merah padam dan setengah tersipu dia berbisik, “Ah shiit Koo.. uhh.. uhh.. swear enak banget.. pleasee dong terusiin yeeass!” belum selesai ia berkata aku langsung kembali menggenjotnya sehingga ia langsung melenguh panjang. Rupanya perasaan malunya telah ditelan kenikmatan yang sengaja kuberikan kepadanya. “Ah iya.. iiya.. di situ mmhh aah!” tanpa sungkan-sungkan lagi dia mengekspresikan kenikmatannya. Selama 15 menit berikutnya aku dan dia masih bertempur sengit. Tiga kali dia orgasme dan yang terakhir betul-betul dahsyat kerena bersamaan dengan saat aku ejakulasi. Spermaku menyemprot kencang sekali bertemu dengan semburan-semburan cairan kenikmatannya yang membanjir. Irine pasti melihat wajahku yang menyeringai sambil tersenyum puas. Senyum kemenangan.
Aku melepaskan ikatannya. Dia kemudian duduk di atas kasur. Sesaat dia seperti berusaha menyatukan pikirannya.
“Huuhh, kamu hebat banget sih Ko, sering yach melakukan dengan Wiwi”
“Enggak juga koq!”
“Alah, sama setiap cewek yang kamu tidurin juga jawabannya pasti sama”
“Keperawanan lu kapan diambil?” tanyaku
“Sewaktu pacarku ingin pergi ke Amerika untuk kuliah, saya hadiahkan sebagai hadiah perpisahan”
Kemudian dia bangkit dengan tubuh yg lemah ngeloyor ke kamar mandi, setelah selesai bersih-bersih Irene kembali lagi ke kamar.
Di depan pintu kamar mandi kusergap dia, kuangkat satu pahanya dan kutusuk sambil berdiri. “Aduh kok ganas banget sih Lu!” katanya setengah membentak. Aku tidak mau tahu, kudorong dia ke dinding kuhajar terus vaginanya dengan rudalku. Mulutnya kusumbat, kulumat dalam-dalam. Setelah Irene mulai terdengar lenguhannya, kugendong dia sambil pautan penisku tetap dipertahankan. Kubawa dia ke meja, kuletakkan pantatnya di atas meja itu. Sekarang aku bisa lebih bebas bersenggama dengan dia sambil menikmati payudaranya. Sambil kuayun, mulutku dengan sistematis menjelajah bukit di dadanya, dan seperti biasanya, dia tekan belakang kepalaku ke dadanya, dan aku turuti, habis emang nikmat dan nikmat banget. “aahh.. sshh.. oohh.. uugghh.. mmhh”, Irene terus meracau.
Bosen dengan posisi begitu kucabut penisku dan kusuruh Irene menungging. Sambil kedua tangannya memegang bibir meja. Dalam keadaan menungging begitu Irene kelihatan lebih aduhai! Bongkahan pantatnya yang kuning dan mulus itu yang bikin aku tidak tahan. Kupegang penisku dan langsung kuarahkan ke vaginanya. Kugesekkan ke clitorisnya, dan dia mulai mengerang nikmat. Tidak sabar kutusukkan sekaligus. Langsung kukayuh, dan dalam posisi ini Irene bisa lebih aktif memberikan perlawanan, bahkan sangat sengit. “Aahh Koo Akuu mmoo.. kkeelluuarr laggi..” racaunya. Irene goyangannya menggila dan tidak lama tangan kanannya menggapai ke belakang, dia tarik pantatku supaya menusuk lebih keras lagi. Kulayani dia, sementara aku sendiri memang terasa sudah dekat. Irene mengerang dengan sangat keras sambil menjepit penisku dengan kedua pahanya. Saya tetap dengan aksiku. Kuraih badannya yang kelihatan sudah mulai mengendur. Kupeluk dari belakang, kutaruh tanganku di bawah payudaranya, dengan agak kasar kuurut payudaranya dari bawah ke atas dan kuremas dengan keras. “Eengghh.. oohh.. ohh.. aahh”, tidak lama setelah itu bendunganku jebol, kutusuk keras banget, dan spermaku menyemprot lima kali di dalam.
Dengan gontai kuiring Irene kembali ke ranjang, sambil kukasih cumbuan-cumbuan kecil sambil kami tiduran. Dan ketika kulihat jam di dinding menunjukan jam 02.07. Wah lumayan, masih ada waktu buat satu babak lagi, kupikir. “rine, vagina dan permainan kamu ok banget!” pujiku. “Makasih juga ya Ko, kamu juga hebat”, suatu pujian yang biasa kuterima!

CERITA DEWASA11

content top
CeritaStensil.com : Koleksi cerita sex kami telah mencapai 5000 cerita dalam 20 kategori cerita sex
Dari bagian 1

Tubuhku berkelejat liar seperti ikan kurang air saat jemari Oom Heru mempermainkan tonjolan kecil di bagian atas bukit kemaluanku. Jarinya tak henti-hentinya menggocek dan berputar liar mempermainkan kelentitku.

"Akhh.. Oomphf.." desisanku terhenti karena bibirku keburu dikulum oleh bibir Oom Heru.

Aku sudah merasakan terbang mengawang. Desakan yang menuntut pemenuhan semakin membuncah dan akhirnya dengan diiringi hentakan liar tubuhku aku merasakan ada sesuatu yang menggelegak dan aku mengalami orgasme!! Aku semula tak tahu apa itu orgasme, yang jelas aku merasakan kenikmatan yang amat sangat atas perlakuan Oom ku itu. Tubuhku terasa ringan dan tak bertenaga sesudah itu.

"Gimana sayang?" bisik Oom Heru di telingaku.
"Enak sayang?" lanjutnya.

Aku hanya terdiam dan ada sebersit rasa malu. Seharusnya ini tidak boleh terjadi, kataku dalam hati menahan rasa malu dan sungkan yang menggumpal dihatiku. Tetapi rangsangan dan stimulus yang diberikan Oom ku terlalu hebat untuk kutahan. Akhirnya aku hanya pasrah saja saat tangan Oom Heru mulai melucuti pakaianku satu per satu. Mula-mula kaos singletku dilepasnya hingga payudaraku yang masih kencang terlihat terbungkus BH cream yang seolah-olah tak mampu menampungnya. Padahal ukurannya sudah 36B.

Tubuh bagian atasku sudah setengah telanjang. Sementara aku yang sudah lemas tetap berdiri dipeluk Oom Heru dari belakang. Kembali tangannya mengelus perutku yang putih rata itu. Tanganku menutup bagian dadaku karena malu dan jengah harus terlihat laki-laki dalam keadaan begini. Lalu dengan terburu-buru Oom Heru melepaskan pakaian seragamnya hingga aku merasakan rambut dada oom Heru yang cukup lebat menempel punggungku yang telanjang. Lagi-lagi aku merasakan sensasi yang lain-daripada yang lain.

Masih dengan setengah telanjang Oom Heru memelukku dari belakang. Aku terlalu malu untuk membuka mataku. Aku hanya memejamkan mata sambil menikmati sensasi dipeluk laki-laki perkasa. Dengan tangan mengelus perut dan dadaku Oom Heru kembali menciumi ku. Kali ini punggungku dijadikan sasaran serbuan bibirnya yang panas. Kumisnya yang tipis terasa geli saat menyapu-nyapu punggungku yang terbuka. Aku menggelinjang hebat. Apalagi saat lidah Oom Heru mulai merayap di tulang belakangku.

Perlahan dari leher bibirnya merayap ke bawah hingga pengait BH-ku. Lalu tiba-tiba aku merasakan kekangan yang mengekang payudaraku melonggar. Ternyata Oom Heru telah menggigit lepas pengait bra-ku. Aku tak sempat menutupi payudaraku yang terbebas karena dengan cepat kedua tangan Oom Heru telah mendekap kedua payudaraku. Aku hanya pasrah dan membiarkan tangannya meremas dan mempermainkan payudaraku sesukanya, karena aku memang menikmatinya juga. Tiba-tiba ada sepercik perasaan liar menyerangku. Aku ingin lebih dari itu. Aku ingin merasakan kenikmatan yang lebih. Godaan itu begitu menggebu. Lalu tanpa sadar tanganku memegang tangan Oom Heru seolah-olah membantunya untuk memuaskan dahagaku.

Dengan bibirnya Oom Heru menggigit tali bra-ku dan melepaskannya hingga jatuh. Kini tubuh bagian atasku sudah telanjang sama sekali. Hanya celana pendek mini dan celana dalam yang masih menutupi tubuhku.

Setelah berhasil melepaskan tali bra-ku, bibir Oom Heru kembali menyerbu punggungku. Ditelusurinya tulang punggungku dengan lidahnya yang panas. Ini membuat syarafku semakin terangsang heibat. Apalagi tangannya yang kokoh tetap meremas kedua belah payudaraku dengan gemasnya. Ada rasa sakit sekaligus enak dengan remasannya itu. Lidahnya terus turun ke bawah hingga ke atas pinggulku. Hal ini membuatku semakin menggelinjang kegelian.

"Ouchh.. Oomm su.. Sudahh Oommh" aku merintih.

Mulutku bilang tidak tetapi nyatanya tubuhku menginginkannya. Penolakanku seolah tiada artinya. Lalu tiba-tiba celana pendek miniku digigitnya dan ditarik ke bawah hingga ke atas lutut. Separuh buah pantatku yang bulat dan mulus terbuka sudah!! Lidah Oom Heru terus menyerbu buah pantatku kanan dan kiri secara bergantian. Tubuhku meliuk dan meregang merasakan rangsangan terhebat yang baru kali ini kurasakan saat lidah Oom Heru yang panas mulai menyusuri belahan pantatku dan mulai mengais-ngais analku! Luar biasa.. Tanpa rasa jijik sedikitpun lidah Oom Heru menjilati lobang anusku. Hal ini membuat tubuhku tergetar heibat.

Selang beberapa saat, setelah puas bermain-main dengan lobang anusku tangan Oom Heru mulai menarik celana pendek sekaligus CD-ku hingga ke mata kaki. Lalu tanpa sadar aku membantunya dengan melepaskan CD-ku dari kedua kakiku. Kini aku sudah bugil.. Gil! Oom Heru pun rupanya sedang sibuk melepaskan celananya. Hal ini kuketahui dari bunyi gesper yang dilepas.

Sekarang tubuhku yang sintal dan putih sudah benar-benar telanjang total dihadapan Oom Heru. Sungguh, aku belum pernah sekalipun telanjang dihadapan laki-lakiorang lain, apalagi laki-laki. Aku tak menduga akan terjadi hal seperti ini. Dengan Oomku sendiri pula. Tetapi kini, Oom Heru berhasil memaksaku. Sementara aku seperti pasrah tanpa daya.

Tiba-tiba Oom Heru menarik tanganku sehingga aku terduduk dipangkuan Oom Heru yang saat itu sudah duduk ditepi tempat tidur. Tanpa berkata apa-apa dia langsung mencium bibirku. Aku tidak sempat menghindar, bahkan aku juga membiarkan ketika bibir dan kumis halus Oom Heru menempel kebibirku hingga beberapa saat.

Dadaku semakin berdegup kencang ketika kurasakan bibir halus Oom Heru melumat mulutku. Lidah Oom Heru menelusup kecelah bibirku dan menggelitik hampir semua rongga mulutku. Mendapat serangan mendadak itu darahku seperti berdesir, sementara bulu tengkukku merinding. Aku pun terkejut ternyata batang kemaluan Oom Heru yang sudah sangat kencang terjepit antara perutku dan perutnya. Aku merasakan betapa besar dan panjang benda keras yang terjepit diantara kedua tubuh telanjang kami.

Mengetahui besarnya batang kemaluan Oom Heru aku jadi ingat saat aku masih TK waktu diajari menyanyi guru TK-ku "Aku seorang kapiten mempunyai pedang panjang, kalau berjalan prok-prok prok.. Aku seorang kapiten! Tapi ini Oom ku seorang kapiten mempunyai peler (bahasa jawa batang kemaluan) panjang.." memang Oom ku itu pangkatnya waktu itu sudah Kapten! Cocok bukan?

www.ceritastensil.com Cerita Sex Aku Jadi Ketagihan - 2 | Kategori : Sedarah


"Akh.., ja.. Jangan oomhh..!" kataku terbata-bata.
"Su.. Sudah.. Oomhh" desisku antara sadar dan tidak.

Oom Heru memang melepas ciumannya dibibirku, tetapi kedua tangannya yang kekar dan kuat masih tetap memeluk pinggang rampaingku dengan erat. Aku masih terduduk dipangkuannya. Tetapi ia malah mulai menjilati leherku. Ia menjilati dan menciumi seluruh leherku lalu merambat turun ke dadaku. Aku memang pasif dan diam, namun nafsu birahi sudah semakin kuat menguasaiku. Harus kuakui, Oom Heru sangat pandai mengobarkan birahiku. Jilatan demi jilatan lidahnya keleher dan dadaku benar-benar telah membuatku terbakar dalam kenikmatan.

Apalagi saat bibir Oom Heru dengan penuh nafsu melumat kedua puting payudaraku yang sudah sangat keras bergantian. Aku kembali melayang di awan saat dengan gemas Oom Heru menghisap kedua puting payudaraku bergantian. Rangsangan yang kuterima begitu dahsyat untuk kutahan. Apalagi benda keras di selangkangan Oom Heru yang terjepit kedua tubuh telanjang kami mulai tersentuh bibir kemaluanku yang sudah sangat basah.

Gejolak liar yang berkobar dalam diriku semakin menggila. Hingga tanpa sadar aku menggoyang pinggulku di atas pangkuan Oom Heru untuk memperoleh sensasi gesekan antara bibir kemaluanku dengan batang kemaluannya.

Oom Heru sendiri tampaknya juga sudah sangat terangsang. Aku dapat merasakan napasnya mulai terengah-engah dan batang kemaluannya mengedut-ngedut. Sementara aku semakin tak kuat untuk menahan erangan. Maka aku pun mendesis-desis untuk menahan kenikmatan yang mulai membakar kesadaranku. Setelah itu tiba-tiba tangan Oom Heru yang kekar mengangkat tubuhku dari pangkuannya dan merebahkan di atas tempat tidur yang sebenarnya belum selesai kurapihkan itu. Insting perawanku secara refleks masih coba berontak.

"Sudah Oomhh! Jangan yang satu.. Anna takut.." Kataku sambil meronta bangkit dari tempat tidur.
"Takut kenapa sayang? Oom sayang Anna, percayalah sayang.." Jawab Oom Heru dengan napas memburu.
"Jang.. Jangan.. Oom.." protesku sengit.

Namun seperti tidak perduli dengan protesku, Oom Heru segera menarik kedua kakiku hingga menjuntai ke lantai. Meskipun aku berusaha meronta, namun tidak berguna sama sekali. Sebab tubuh Oom Heru yang tegap dan kuat itu mendekapku dengan sangat erat.

Kini, dengan kedua kakiku yang menjuntai ke lantai membuat Oom Heru dapat memandang seluruh tubuhku dengan leluasa.

"Kamu cantik dan seksi sekali sayang" katanya dengan suara parau tanda bahwa ia sudah sangat terangsang.

Dengan tubuh telanjang bulat tanpa tertutup sehelai kainpun yang menutupi tubuhku, aku merasa risih juga dipandang sedemikian rupa. Aku berusaha menutupi dengan mendekapkan lengan didada dan celah pahaku, tetapi dengan cepat tangan Oom Heru memegangi lenganku dan merentangkannya. Setelah itu Oom Heru membentangkan kedua belah pahaku dan menundukkan wajahnya di selangkanganku. Aku tak tahu apa yang hendak ia lakukan.

Tanpa membuang waktu, bibir Oom Heru mulai melumat bibir kemaluanku yang sudah sangat basah. Tubuhku menggelinjang hebat. Aku semakin salah tingkah dan tak tahu apa yang harus kulakukan. Yang jelas aku kembali merasakan adanya desakan yang semakin menggebu dan menuntut penyelesaian. Sementara kedua tangannya merayap ke atas dan langsung meremas-remas kedua buah dadaku. Bagaikan seekor singa buas ia menjilati liang kemaluanku dan meremas buah dada yang kenyal dan putih ini.

Lidahnya yang panas mulai menyusup ke dalam liang kemaluanku. Tubuhku terlonjak dan pantatku terangkat saat lidahnya mulai mengais-ngais bibir kemaluanku.

"Akhh.. Oomhh.. Sud.. Sudahh Oomm.." bibirku menolak tetapi tanganku malah menarik kepala Oom Heru lebih ketat agar lebih kuat menekan selangkanganku sedangkan pantatku selalu terangkat seolah menyambut wajah Oom Heru yang tenggelam dalam selangkanganku.

Kini aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain megap-megap dan mengerang karena kenikmatan yang amat sangat dan sulit dilukiskan dengan kata-kata. Aku menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan karena rasa geli dan nikmat ketika bibir dan lidah Oom Heru menjilat dan melumat bibir kemaluanku.

Aku semakin melayang dan seolah-olah terhempas ke tempat kosong. Tubuhku bergetar dan mengejang bagaikan tersengat aliran listrik. Aku mengejat-ngejat dan menggelepar saat bibir Oom Heru menyedot kelentitku dan lidahnya mengais-ngais dan menggelitik kelentitku.

Ke bagian 3


Anda menyukai cerita ini ?

  • Currently 3.00/5
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5


Cerita Terkait :
Cerita Sex Aku Jadi Ketagihan - 1
Cerita Sex Aku Jadi Ketagihan - 3
Cerita Sex Aku Jadi Ketagihan - 4

Baca cerita stensil terkait tentang cerita stensil, cerita 17 tahun , cerita 17, cerita 17+, cerita panas, cerita dewasa, cerita seru, cerita sex, cerita porno, cerita hot, cerita bokep, cerita selingkuh, cerita cinta, cerita dewasa pemerkosaan, cerita dewasa setengah baya, cerita dewasa sedarah, kumpulan cerita dewasa, cerita 17 tahun setengah baya, cerita hot selingkuh, cerita panas abg, cerita istri selingkuh, cerita selingkuh hot, cerita isteri selingkuh, cerita birahi sedarah, cerita hot sedarah, cerita panas 17 tahun, cerita panas dewasa, cerita hot abg, cerita panas istri selingkuh, cerita seru istri selingkuh, kumpulan cerita dewasa

Komentar Anda anda :